Senin, 10 September 2012

PSYCONOMY - Short Story


Psyconomy
Cinta yang ku tunggu tak kunjung datang . . .

Oleh : Maria Ulfah

Melupakan masa lalu itu tidak semudah menghapus kotak masuk dari si dia di handphone, yang hanya tinggal menekan tombol delete semua akan hilang begitu saja, dan ketika masa lalu sedikit demi sedikit telah terkubur, entah mengapa tiba-tiba saja ada seseorang yang berbeda yang dengan tidak sengaja menghadirkan kembali masa lalu itu, dan entah siapa yang salah, aku mulai mengharapkan kehadiran dia di masa lalu dengan seseorang yang berbeda saat sekarang. Bolehkah aku berharap kembali ?, batin ku dalam hati.
“ Memandang wajah mu cerah membuat ku tersenyum senang indah dunia,” aku bernyanyi dengan suara ku yang pas-pasan sembari tersenyum memandang ke layar handphone.
“ Tapi kalau memandangnya cuman dari jarak jauh mah percuma, Sa. Mending kalau dia sadar, nah kalau enggak ? gimana ?” kata Yesi sembari menghabiskan ice chocolate milikku.
“ Kalau dia enggak sadar berarti dia mati dong, Yes,” kata ku sembari tertawa dan menolehkan kepala ke suatu sudut yang dimana terdapat sesosok lelaki berpostur tubuh tinggi – dia yang telah menghadirkan kembali masa lalu ku.
Yesi menatapku sembari mengerutkan alisnya, “ Masih sempet aja ya bercanda nih anak, seriusan dikit dong, Sa, gimana kalau seandainya dia gak bisa ngehidupin lagi masa lalu kamu ? Gimana kalau seandainya dia udah ada yang punya ?” tanya Yesi sembari memegang kedua bahuku dan menatapku dengan penuh keseriusan.
Aku terdiam sembari memandangi kedua mata Yesi, aku tidak tahu harus menjawab pertanyaan Yesi dengan sebuah kalimat apa, entah apa yang sekarang aku rasa, karena ku fikir ini semua terjadi tidak terencana, ini semua terjadi secara tiba-tiba, ya tiba-tiba, seperti aku yang tiba-tiba menganggap dia adalah seseorang di masa lalu ku, yang seharusnya aku sadari bahwa dia bukanlah masa lalu ku, terlepas dari itu dia sudah ada yang punya.
“ Clarissa !. . .” Yesi menepuk bahu ku, “. . . Kok malah bengong sih, ih terus gimana sama cowok itu, eh siapa tuh namanya ?” tanya Yesi yang masih menatap ku dengan penuh rasa ingin tahu semua jawaban dari hati ku.
Hmm. Aku menghela nafas lalu menggelengkan kepala ku, “Emang dia udah ada yang punya, Yes. Bukan dia yang salah, tapi aku yang salah, aku yang salah karena aku terlalu berharap akan ada lagi masa lalu dengan orang yang berbeda, mungkin hanya waktu yang salah, karena aku bertemu dengan dia saat yang tidak tepat,” jawab ku sembari menahan air mata yang akan jatuh membasahi  pipi ku.
“Mereka udah jadian ?” tanya Yesi lagi.
Aku menggelengkan kepala sembari mengeluarkan botol air minum dari tas ku.
“Kenapa kamu gak coba mulai deketin dia aja, Sa.” Yesi memegang tangan kanan ku seolah meyakinakan bahwa masih ada kesempatan untuk ku.
“Caranya ?” tanya ku sembari mencari sesosok lelaki berpostur tubuh tinggi itu, yang mungkin sudah menghilang sejak aku terdiam tadi.
“Kamu mulai dengan pura-pura tanya tentang apapun di Facebook, yah sekedar basa-basi lah,Sa. Seenggaknya kamu kenalan dulu sama dia lewat dunia maya, jangan lupa juga pasang foto profil kamu yang kece !” saran Yesi kepada ku sembari tersenyum karena mungkin senang telah menemukan satu awal untuk ku mulai mengenal dia.
Salahkah aku terlalu cinta, berharap semua kan kembali . . .
J J J
Layaknya seorang tentara yang siap akan melawan serangan dari musuh, aku pun sudah siap dengan apa yang akan terjadi di malam ini, malam pertama  bagi ku  untuk mencoba mulai mengenal dirinya lewat dunia maya. Tidak ada garis melengkung keatas dari paras wajah ku, karena ku fikir, aku tidak berarti apa-apa dimata dia, jika hanya berani berkenalan lewat dunia maya, tapi kalaupun lewat dunia nyata, itu semua hanya mustahil dan hanya sebuah harapan belaka, karena aku dan dirinya berbeda fakultas, berbeda jam kuliah, berbeda segala aktivitas di kampus.
Ini dia ! Yes, aku berhasil nemuin account facebooknya, batin ku lalu mengklik tombol enter yang bertanda bahwa aku telah mengirimkan pertemanan kepada dirinya, dan tidak berapa lama ada info terbaru masuk ke account facebook ku, dan ternyata itu info tentang dirinya yang telah mengonfirmasi pertemanan ku, senyuman pun tersirat di wajah ku.
Hai, thanks ya
Udah konfirmasi facebook ku J.
Pesan terkirim, dan tidak lama ku mendapatkan balasan pesan dari dia.
Hai juga, ya sama-sama J
Walaupun dia hanya membalas seperti itu, tapi entah mengapa aku menganggapnya lebih dari sekedar dia menyapa, bolehkah aku mulai berharap ?.
Salam kenal ka.
Aku Clarissa dari fakultas ekonomi
Mahasiswa baru nih ka, kaka fakultas apa ?
Tidak ku pedulikan lagi rasa gengsi ku untuk memulai mengenalkan diriku, dan mungkin dia pun tidak ingin tahu siapa aku.
Hai, Clarissa
Slm knl juga yah
Saya Rahardian dari fakultas psikologi angkatan 2009.
Semoga kamu betah ya di lingkungan baru J
Oh, Tuhan dia kasih aku emote senyum, tapi entah mengapa tiba-tiba tidak ada lagi garis senyuman di wajah ku, karena aku tersadar, bahwa senyuman yang dia berikan hanya sebagai tanda keramahan terhadap orang yang baru saja mengajaknya berkenalan.
Malam ini tidak seperti biasanya, bintang berkelap-kelip menerangi bumi dengan begitu indah yang selalu ditemani oleh sang bulan yang selalu setia, walau tidak setiap malam bintang berkelap-kelip tapi sang bulan tetap setia memberikan keindahan untuk bumi di malam hari. Aku pun berharap seperti itu, walau dia tidak pernah selalu ada untuk ku, tapi aku akan coba untuk selalu ada di saat dia butuh.
J J J
Semoga menjadi hari rabu yang menyenangkan, batin ku.
Selesai mata kuliah yang sangat membuat aku mengantuk, aku langsung keluar kelas lalu menuju lift, dan ternyata tanpa direncanakan lagi, aku dan Kak Rahardian bertemu, dan bagi ku pertemuan kita kali ini bukan hanya sekedar pertemuan biasa, karena mata kita saling bertemu dengan seulas senyum di wajah Kak Rahardian, yang membuat ku lupa bahwa senyuman yang dia berikan hanyalah sebuah senyuman biasa yang dia berikan untuk semua orang, dan lagi-lagi aku tidak mau terlalu berharap.
Ting Tong. Lift sudah berada di lantai dasar.
Aku berjalan dengan langkah yang begitu besar, dengan seulas kebahagiaan yang masih melekat di dalam hati ku, kebahagiaan yang baru saja ku dapatkan di lantai 3, kebahagiaan yang membuat ku lupa akan segalanya, terutama keadaan di sekelilingku, sehingga . . . Bug. Aku terjatuh setelah tidak sengaja menabrak seorang lelaki yang juga sedang tergesa-gesa,  dan membuat semua barang yang di genggammnya berserakan.
Secara spontan aku langsung membungkuk dan membantu merapihkan seluruh barang-barang miliknya yang berserakan, dan tidak sengaja ketika aku akan menngambil sebuah buku tebal, tangan dia sudah berada di atas tangan kanan ku, aku langsung menoleh kearah nya dan menatapnya heran, tapi dia malah membalas dengan sebuah senyuman dan tatapan mata yang jika ku lihat nampak berbeda. Aku tidak memedulikan dirinya, aku langsung berdiri kembali, meminta maaf, lalu pergi meninggalkan dirinya tanpa menoleh kembali kearah nya.
“Jadi hari ini ada acara traktiran dong yah,Sa.” kata Yesi sembari tersenyum kepada ku.
Aku pun tersenyum malu-malu, karena entah apa yang masih membuat aku begitu sangat senang, padahal kejadian di lantai 3 terjadi hanya begitu saja, dan mungkin saja dia malah sudah melupakan kejadian tadi. Lagi-lagi aku terlalu berharap..
“Apa sih, Yes. Aku sama dia kenalan aja baru sekali, dan itu pun belum tau kelanjutannya seperti apa,” kataku sembari menutupi kebahagiaan dengan raut wajah yang tidak lagi tersenyum.
Entah Tuhan mendengar permohonan ku atau tidak, tanpa sengaja untuk yang kesekian kalinya aku dan Kak Rahardian bertemu lagi, saling bertatapan lagi, dan saling membagi senyum lagi. Lagi-lagi aku semakin berharap kepadanya, dan aku takut jika aku terjatuh aku akan begitu sakit.
“Jangan cuma saling main mata deh,Sa. Langsung aja kali main hati,” sahut Yesi sembari memberikan isyarat pada ku dengan tersenyum dan mengedipkan mata sebelah kirinya.
Aku tertunduk malu, dan tidak bisa lagi menahan rasa kebahagiaan itu hingga wajah ku merah merona lebih merah dari sebuah tomat yang sangat digemari oleh Yesi. Aku tidak berani menoleh kembali kearah Kak Rahardian, walau terkadang aku curi-curi untuk melihatnya saat dia sedang tidak melihat kearah ku.
Semoga semua senyuman di hari ini adalah awal aku untuk beraharap padamu, Kak. Semoga tidak ada kata hanya sekedar di dalam senyuman itu, semoga aku boleh kembali berharap untuk masa lalu. Za, bukannya aku berniat melupakan kamu, tapi justru aku mencoba menghidupkan kenangan kita dengan orang yang berbeda yang akan membawa ku ke masa lalu bersama kamu, dan bukan berarti pula aku mencintai nya karena hanya melihat bayang-bayang diri kamu di dalam dirinya, aku tulus mencintainya, entah sebagai atau bukan kamu.
Aku melirik kearah layar handphone ku, jatuh cinta itu memang membuat lupa akan segala hal, sampai-sampai arah jarum jam sudah menunjukan pukul lima tepat sore hari, tidak seperti biasanya aku betah berlama-lama diam di kantin kampus ku, terimakasih untuk kamu yang telah membuat goresan pelangi di lembaran putih ku di hari ini, semoga pelangi itu tidak akan hilang dengan adanya hujan.
“ Cowok ngeliatin cewek bukan berarti cowok itu suka kali yaaa !” teriak salah satu teman Kak Rahardian yang mungkin dengan sengaja meneriakkan kata-kata tadi untukku.
Tiba-tiba saja langkah ku terhenti dan sangat lemas seketika, ingin rasanya ku meneteskan air mata, tapi aku mencoba untuk kuat dan tidak menunjukkannya di hadapan mereka semua, aku tidak memedulikan semua perkataan yang baru saja terdengar oleh telinga ku sendiri, dan akhirnya ku percepat langkah ku meninggalkan kantin, semakin ku menjauh dari mereka semakin tidak terasa air mata jatuh membasahi pipi ku.
J J J
“ Semua salah aku, semua salah aku ! Aku yang terlalu berharap untuk mendapatkan masa lalu yang indah, dia bukan kamu, Za. Dia cuma sekedar mirip dengan kamu, Za. Harusnya aku sadar diri dan tau diri atas apa yang aku lakuin ini akan berakibat nyakitin hati aku sendiri ! Kak, aku gak minta kamu ngebalas untuk ngeliatin aku, aku gak minta balasan dari kamu untuk sapa aku, aku pun gak minta kamu untuk balas semua perasaan aku ke kamu, Kak. Yang aku mau cukup sekedar kaka tau, kalau gak sengaja aku nitipin hati di hati kaka,” kata ku sembari terus meneteskan air mata yang entah sudah berapa lama jatuh mengalir membasahi pipi ku. Bintang kamu sangat beruntung memiliki pendamping seperti bulan.
J J J
“Permisi Kak Rahardian, aku mau ganggu sebentar dong,” kata Yesi sembari tersenyum dengan paras wajah senyuman yang bisa dibilang sedikit terpaksa.
Kak Rahardian hanya mengangguk dan menjauh dari kerumunan banyak orang. Entah apa yang mereka bicarakan, aku hanya melihat mereka berdua sedang berbicara tampak begitu serius dari kejauhan, aku hanya bisa berharap semoga Yesi tidak memarahi Kak Rahardian setelah dia mendengar cerita tentang kejadin kemarin sore.
Tak ingin aku berlama-lama melihat pemandangan yang masih menyakiti hati ku, ku putuskan untuk segera melangkahkan kaki dengan begitu cepat menuju taman belakang fakultas. Aku mengeluarkan selembar kertas hvs kosong dan satu paket spidol, dan entah apa yang sedang ku rasakan hari ini, tak sampai hati aku langsung melukis wajahnya.
“ Lukisan kamu bagus, Sa.” sahut seseorang yang tiba-tiba datang tepat dari belakang ku, aku menoleh dan ternyata dia adalah seseorang yang sedang tidak ku harapkan untuk ada di hadapkan ku.
“Eh, he, Kak Rahardian ngagetin aja nih ya,” kata ku sembari langsung membalikan kertas hvs tersebut, dan berpura-pura seolah-olah tidak terjadi apa-apa, walaupun sebenarnya ingin aku langkahkan kaki ku pergi menjauh dari hadapannya.
“Maafin Kaka yah, Sa.” Katanya sembari menoleh dan menatap wajah ku.
Aku hanya tersenyum lalu seolah-olah tidak menatapnya balik, “Tanpa kaka minta maaf pun aku udah maafin kok, Kak. Maaf juga yah ka, kalau selama ini aku terlalu menyimpan harapan di hati kaka, aku terlalu yakin bahwa hati ku ada di fakultas lain, aku kira kaka itu pengganti masa lalu ku yang tidak pernah akan kembali ke dunia ini, aku gak minta kaka buat balas semua perasaan aku, aku Cuma mau kaka tau, kalau selama aku masuk ke kampus ini, aku merasa kertas putih tanpa goresan warna, kini sudah berwarna malah semakin cerah, dan mungkin hari ini warna itu akan pudar dan semakin pudar hingga semua hilang dan bersih seperti kertas baru tanpa ada goresan luka sedikitpun. Jangan ngerasa bersalah gitu ya kak, karena semua ini bukan salah Kak Rahardian, dan tanpa kaka minta aku menjauh dari kehidupan kaka, aku akan menjauh dengan sendirinya kok ka, tanpa kaka jelasin semuanya aku akan sadar dan tau diri, Kak.” kata ku sembari menguatkan hati dan mencoba untuk menahan air mata yang ingin jatuh membasahi pipi ku.
Hening.
Hanya terdengar suara kicauan burung yang sangat merdu dan hembusan angin di siang hari ini, tak ada jawaban apapun yang terucap dari Kak Rahardian.
“ Semua hanya butuh proses kok,Sa. Gak bisa secepat itu aku mengenal kamu dari dalam diri kamu sendiri, maafin aku juga kalau selama ini aku enggak peks terhadap perasaan kamu, biarkan kita ikuti saja dulu sekarang mah apa kata sang waktu. Sa, semua akan indah pada waktunya kok, jangan takut untuk berharap, “ jawabnya sembari tersenyum padaku dan menggenggam tangan ku yang entah itu sebuah tanda yang dia berikan untuk meyakinkan ku atau sebuah tanda untuk ku agar tidak terlalu lagi berharap pada dirinya.
Cinta itu memang tidak harus saling memiliki, tapi aku masih berharap untuk bisa kembali memiliki masa lalu ku bersama seseorang yang kini masih tersenyum terhadap ku, semoga kata harapan itu menjadi sebuah kata kenyataan seiring dengan berjalannya waktu.
Ketika cinta datang dengan sebuah persepsi, cinta pun datang dengan sebuah perhitungan waktu, untuk saling meyakinkan bahwa kamulah cinta sejati . . . . .
Jiwaku tak pernah merasa bahwa kau jauh disisiku . . .
tamat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Template Design By:
SkinCorner