Psyconomy
Cinta yang ku tunggu
tak kunjung datang . . .
Oleh : Maria Ulfah
Melupakan
masa lalu itu tidak semudah menghapus kotak masuk dari si dia di handphone,
yang hanya tinggal menekan tombol delete
semua akan hilang begitu saja, dan ketika masa lalu sedikit demi sedikit telah
terkubur, entah mengapa tiba-tiba saja ada seseorang yang berbeda yang dengan
tidak sengaja menghadirkan kembali masa lalu itu, dan entah siapa yang salah,
aku mulai mengharapkan kehadiran dia di masa lalu dengan seseorang yang berbeda
saat sekarang. Bolehkah aku berharap
kembali ?, batin ku dalam hati.
“
Memandang wajah mu cerah membuat ku tersenyum senang indah dunia,” aku
bernyanyi dengan suara ku yang pas-pasan sembari tersenyum memandang ke layar
handphone.
“
Tapi kalau memandangnya cuman dari jarak jauh mah percuma, Sa. Mending kalau
dia sadar, nah kalau enggak ? gimana ?” kata Yesi sembari menghabiskan ice chocolate milikku.
“
Kalau dia enggak sadar berarti dia mati dong, Yes,” kata ku sembari tertawa dan
menolehkan kepala ke suatu sudut yang dimana terdapat sesosok lelaki berpostur
tubuh tinggi – dia yang telah menghadirkan kembali masa lalu ku.
Yesi
menatapku sembari mengerutkan alisnya, “ Masih sempet aja ya bercanda nih anak,
seriusan dikit dong, Sa, gimana kalau seandainya dia gak bisa ngehidupin lagi
masa lalu kamu ? Gimana kalau seandainya dia udah ada yang punya ?” tanya Yesi
sembari memegang kedua bahuku dan menatapku dengan penuh keseriusan.
Aku
terdiam sembari memandangi kedua mata Yesi, aku tidak tahu harus menjawab
pertanyaan Yesi dengan sebuah kalimat apa, entah apa yang sekarang aku rasa,
karena ku fikir ini semua terjadi tidak terencana, ini semua terjadi secara
tiba-tiba, ya tiba-tiba, seperti aku yang tiba-tiba menganggap dia adalah
seseorang di masa lalu ku, yang seharusnya aku sadari bahwa dia bukanlah masa
lalu ku, terlepas dari itu dia sudah ada yang punya.
“
Clarissa !. . .” Yesi menepuk bahu ku, “. . . Kok malah bengong sih, ih terus
gimana sama cowok itu, eh siapa tuh namanya ?” tanya Yesi yang masih menatap ku
dengan penuh rasa ingin tahu semua jawaban dari hati ku.
Hmm.
Aku menghela nafas lalu menggelengkan kepala ku, “Emang dia udah ada yang
punya, Yes. Bukan dia yang salah, tapi aku yang salah, aku yang salah karena
aku terlalu berharap akan ada lagi masa lalu dengan orang yang berbeda, mungkin
hanya waktu yang salah, karena aku bertemu dengan dia saat yang tidak tepat,”
jawab ku sembari menahan air mata yang akan jatuh membasahi pipi ku.
“Mereka
udah jadian ?” tanya Yesi lagi.
Aku
menggelengkan kepala sembari mengeluarkan botol air minum dari tas ku.
“Kenapa
kamu gak coba mulai deketin dia aja, Sa.” Yesi memegang tangan kanan ku seolah
meyakinakan bahwa masih ada kesempatan untuk ku.
“Caranya
?” tanya ku sembari mencari sesosok lelaki berpostur tubuh tinggi itu, yang
mungkin sudah menghilang sejak aku terdiam tadi.
“Kamu
mulai dengan pura-pura tanya tentang apapun di Facebook, yah sekedar basa-basi
lah,Sa. Seenggaknya kamu kenalan dulu sama dia lewat dunia maya, jangan lupa
juga pasang foto profil kamu yang kece !” saran Yesi kepada ku sembari
tersenyum karena mungkin senang telah menemukan satu awal untuk ku mulai
mengenal dia.
Salahkah
aku terlalu cinta, berharap semua kan kembali . . .
J J J
Layaknya
seorang tentara yang siap akan melawan serangan dari musuh, aku pun sudah siap
dengan apa yang akan terjadi di malam ini, malam pertama bagi ku untuk mencoba mulai mengenal dirinya lewat
dunia maya. Tidak ada garis melengkung keatas dari paras wajah ku, karena ku
fikir, aku tidak berarti apa-apa dimata dia, jika hanya berani berkenalan lewat
dunia maya, tapi kalaupun lewat dunia nyata, itu semua hanya mustahil dan hanya
sebuah harapan belaka, karena aku dan dirinya berbeda fakultas, berbeda jam kuliah,
berbeda segala aktivitas di kampus.
Ini dia ! Yes, aku
berhasil nemuin account facebooknya, batin ku lalu
mengklik tombol enter yang bertanda bahwa aku telah mengirimkan pertemanan
kepada dirinya, dan tidak berapa lama ada info terbaru masuk ke account facebook ku, dan ternyata itu
info tentang dirinya yang telah mengonfirmasi pertemanan ku, senyuman pun
tersirat di wajah ku.
Hai,
thanks ya
Udah
konfirmasi facebook ku J.
Pesan
terkirim, dan tidak lama ku mendapatkan balasan pesan dari dia.
Hai
juga, ya sama-sama J
Walaupun
dia hanya membalas seperti itu, tapi entah mengapa aku menganggapnya lebih dari
sekedar dia menyapa, bolehkah aku mulai
berharap ?.
Salam
kenal ka.
Aku
Clarissa dari fakultas ekonomi
Mahasiswa
baru nih ka, kaka fakultas apa ?
Tidak
ku pedulikan lagi rasa gengsi ku untuk memulai mengenalkan diriku, dan mungkin
dia pun tidak ingin tahu siapa aku.
Hai,
Clarissa
Slm
knl juga yah
Saya
Rahardian dari fakultas psikologi angkatan 2009.
Semoga
kamu betah ya di lingkungan baru J
Oh,
Tuhan dia kasih aku emote senyum, tapi entah mengapa tiba-tiba tidak ada lagi
garis senyuman di wajah ku, karena aku tersadar, bahwa senyuman yang dia
berikan hanya sebagai tanda keramahan terhadap orang yang baru saja mengajaknya
berkenalan.
Malam
ini tidak seperti biasanya, bintang berkelap-kelip menerangi bumi dengan begitu
indah yang selalu ditemani oleh sang bulan yang selalu setia, walau tidak
setiap malam bintang berkelap-kelip tapi sang bulan tetap setia memberikan
keindahan untuk bumi di malam hari. Aku pun berharap seperti itu, walau dia
tidak pernah selalu ada untuk ku, tapi aku akan coba untuk selalu ada di saat
dia butuh.
J
J
J
Semoga menjadi hari
rabu yang menyenangkan, batin ku.
Selesai
mata kuliah yang sangat membuat aku mengantuk, aku langsung keluar kelas lalu menuju
lift, dan ternyata tanpa direncanakan
lagi, aku dan Kak Rahardian bertemu, dan bagi ku pertemuan kita kali ini bukan
hanya sekedar pertemuan biasa, karena mata kita saling bertemu dengan seulas
senyum di wajah Kak Rahardian, yang membuat ku lupa bahwa senyuman yang dia
berikan hanyalah sebuah senyuman biasa yang dia berikan untuk semua orang, dan
lagi-lagi aku tidak mau terlalu berharap.
Ting Tong.
Lift sudah berada di lantai dasar.
Aku
berjalan dengan langkah yang begitu besar, dengan seulas kebahagiaan yang masih
melekat di dalam hati ku, kebahagiaan yang baru saja ku dapatkan di lantai 3,
kebahagiaan yang membuat ku lupa akan segalanya, terutama keadaan di sekelilingku,
sehingga . . . Bug. Aku terjatuh
setelah tidak sengaja menabrak seorang lelaki yang juga sedang
tergesa-gesa, dan membuat semua barang
yang di genggammnya berserakan.
Secara
spontan aku langsung membungkuk dan membantu merapihkan seluruh barang-barang
miliknya yang berserakan, dan tidak sengaja ketika aku akan menngambil sebuah
buku tebal, tangan dia sudah berada di atas tangan kanan ku, aku langsung
menoleh kearah nya dan menatapnya heran, tapi dia malah membalas dengan sebuah
senyuman dan tatapan mata yang jika ku lihat nampak berbeda. Aku tidak
memedulikan dirinya, aku langsung berdiri kembali, meminta maaf, lalu pergi
meninggalkan dirinya tanpa menoleh kembali kearah nya.
“Jadi
hari ini ada acara traktiran dong yah,Sa.” kata Yesi sembari tersenyum kepada
ku.
Aku
pun tersenyum malu-malu, karena entah apa yang masih membuat aku begitu sangat
senang, padahal kejadian di lantai 3 terjadi hanya begitu saja, dan mungkin
saja dia malah sudah melupakan kejadian tadi. Lagi-lagi aku terlalu berharap..
“Apa
sih, Yes. Aku sama dia kenalan aja baru sekali, dan itu pun belum tau
kelanjutannya seperti apa,” kataku sembari menutupi kebahagiaan dengan raut
wajah yang tidak lagi tersenyum.
Entah
Tuhan mendengar permohonan ku atau tidak, tanpa sengaja untuk yang kesekian
kalinya aku dan Kak Rahardian bertemu lagi, saling bertatapan lagi, dan saling
membagi senyum lagi. Lagi-lagi aku semakin berharap kepadanya, dan aku takut
jika aku terjatuh aku akan begitu sakit.
“Jangan
cuma saling main mata deh,Sa. Langsung aja kali main hati,” sahut Yesi sembari
memberikan isyarat pada ku dengan tersenyum dan mengedipkan mata sebelah
kirinya.
Aku
tertunduk malu, dan tidak bisa lagi menahan rasa kebahagiaan itu hingga wajah
ku merah merona lebih merah dari sebuah tomat yang sangat digemari oleh Yesi.
Aku tidak berani menoleh kembali kearah Kak Rahardian, walau terkadang aku
curi-curi untuk melihatnya saat dia sedang tidak melihat kearah ku.
Semoga semua senyuman
di hari ini adalah awal aku untuk beraharap padamu, Kak. Semoga tidak ada kata
hanya sekedar di dalam senyuman itu, semoga aku boleh kembali berharap untuk
masa lalu. Za, bukannya aku berniat melupakan kamu, tapi justru aku mencoba
menghidupkan kenangan kita dengan orang yang berbeda yang akan membawa ku ke
masa lalu bersama kamu, dan bukan berarti pula aku mencintai nya karena hanya melihat
bayang-bayang diri kamu di dalam dirinya, aku tulus mencintainya, entah sebagai
atau bukan kamu.
Aku
melirik kearah layar handphone ku, jatuh cinta itu memang membuat lupa akan
segala hal, sampai-sampai arah jarum jam sudah menunjukan pukul lima tepat sore
hari, tidak seperti biasanya aku betah berlama-lama diam di kantin kampus ku,
terimakasih untuk kamu yang telah membuat goresan pelangi di lembaran putih ku
di hari ini, semoga pelangi itu tidak akan hilang dengan adanya hujan.
“
Cowok ngeliatin cewek bukan berarti cowok itu suka kali yaaa !” teriak salah
satu teman Kak Rahardian yang mungkin dengan sengaja meneriakkan kata-kata tadi
untukku.
Tiba-tiba
saja langkah ku terhenti dan sangat lemas seketika, ingin rasanya ku meneteskan
air mata, tapi aku mencoba untuk kuat dan tidak menunjukkannya di hadapan
mereka semua, aku tidak memedulikan semua perkataan yang baru saja terdengar
oleh telinga ku sendiri, dan akhirnya ku percepat langkah ku meninggalkan
kantin, semakin ku menjauh dari mereka semakin tidak terasa air mata jatuh
membasahi pipi ku.
J
J
J
“
Semua salah aku, semua salah aku ! Aku yang terlalu berharap untuk mendapatkan
masa lalu yang indah, dia bukan kamu, Za. Dia cuma sekedar mirip dengan kamu,
Za. Harusnya aku sadar diri dan tau diri atas apa yang aku lakuin ini akan
berakibat nyakitin hati aku sendiri ! Kak, aku gak minta kamu ngebalas untuk
ngeliatin aku, aku gak minta balasan dari kamu untuk sapa aku, aku pun gak
minta kamu untuk balas semua perasaan aku ke kamu, Kak. Yang aku mau cukup
sekedar kaka tau, kalau gak sengaja aku nitipin hati di hati kaka,” kata ku
sembari terus meneteskan air mata yang entah sudah berapa lama jatuh mengalir
membasahi pipi ku. Bintang kamu sangat
beruntung memiliki pendamping seperti bulan.
J
J
J
“Permisi
Kak Rahardian, aku mau ganggu sebentar dong,” kata Yesi sembari tersenyum
dengan paras wajah senyuman yang bisa dibilang sedikit terpaksa.
Kak
Rahardian hanya mengangguk dan menjauh dari kerumunan banyak orang. Entah apa
yang mereka bicarakan, aku hanya melihat mereka berdua sedang berbicara tampak
begitu serius dari kejauhan, aku hanya bisa berharap semoga Yesi tidak memarahi
Kak Rahardian setelah dia mendengar cerita tentang kejadin kemarin sore.
Tak
ingin aku berlama-lama melihat pemandangan yang masih menyakiti hati ku, ku
putuskan untuk segera melangkahkan kaki dengan begitu cepat menuju taman
belakang fakultas. Aku mengeluarkan selembar kertas hvs kosong dan satu paket spidol, dan entah apa yang sedang ku
rasakan hari ini, tak sampai hati aku langsung melukis wajahnya.
“
Lukisan kamu bagus, Sa.” sahut seseorang yang tiba-tiba datang tepat dari
belakang ku, aku menoleh dan ternyata dia adalah seseorang yang sedang tidak ku
harapkan untuk ada di hadapkan ku.
“Eh,
he, Kak Rahardian ngagetin aja nih ya,” kata ku sembari langsung membalikan
kertas hvs tersebut, dan berpura-pura
seolah-olah tidak terjadi apa-apa, walaupun sebenarnya ingin aku langkahkan
kaki ku pergi menjauh dari hadapannya.
“Maafin
Kaka yah, Sa.” Katanya sembari menoleh dan menatap wajah ku.
Aku
hanya tersenyum lalu seolah-olah tidak menatapnya balik, “Tanpa kaka minta maaf
pun aku udah maafin kok, Kak. Maaf juga yah ka, kalau selama ini aku terlalu
menyimpan harapan di hati kaka, aku terlalu yakin bahwa hati ku ada di fakultas
lain, aku kira kaka itu pengganti masa lalu ku yang tidak pernah akan kembali
ke dunia ini, aku gak minta kaka buat balas semua perasaan aku, aku Cuma mau
kaka tau, kalau selama aku masuk ke kampus ini, aku merasa kertas putih tanpa
goresan warna, kini sudah berwarna malah semakin cerah, dan mungkin hari ini
warna itu akan pudar dan semakin pudar hingga semua hilang dan bersih seperti
kertas baru tanpa ada goresan luka sedikitpun. Jangan ngerasa bersalah gitu ya
kak, karena semua ini bukan salah Kak Rahardian, dan tanpa kaka minta aku
menjauh dari kehidupan kaka, aku akan menjauh dengan sendirinya kok ka, tanpa
kaka jelasin semuanya aku akan sadar dan tau diri, Kak.” kata ku sembari
menguatkan hati dan mencoba untuk menahan air mata yang ingin jatuh membasahi
pipi ku.
Hening.
Hanya
terdengar suara kicauan burung yang sangat merdu dan hembusan angin di siang
hari ini, tak ada jawaban apapun yang terucap dari Kak Rahardian.
“
Semua hanya butuh proses kok,Sa. Gak bisa secepat itu aku mengenal kamu dari
dalam diri kamu sendiri, maafin aku juga kalau selama ini aku enggak peks
terhadap perasaan kamu, biarkan kita ikuti saja dulu sekarang mah apa kata sang
waktu. Sa, semua akan indah pada waktunya kok, jangan takut untuk berharap, “ jawabnya
sembari tersenyum padaku dan menggenggam tangan ku yang entah itu sebuah tanda
yang dia berikan untuk meyakinkan ku atau sebuah tanda untuk ku agar tidak
terlalu lagi berharap pada dirinya.
Cinta
itu memang tidak harus saling memiliki, tapi aku masih berharap untuk bisa
kembali memiliki masa lalu ku bersama seseorang yang kini masih tersenyum
terhadap ku, semoga kata harapan itu menjadi sebuah kata kenyataan seiring
dengan berjalannya waktu.
Ketika cinta datang
dengan sebuah persepsi, cinta pun datang dengan sebuah perhitungan waktu, untuk
saling meyakinkan bahwa kamulah cinta sejati . . . . .
Jiwaku tak
pernah merasa bahwa kau jauh disisiku . . .
tamat